Jojo memicingkan matanya ketika sinar matahari itu menyorot matanya. Meregangkan badannya yang lelah akibat permainan dia dan suaminya semalam. “Ahhh…” Ia mendesah kecil sembari merentangkan badannya. Membalikan badannya dan bertemu dengan wajah tegas dan tampan Dipta.
Ia melumat bibir itu dengan lembut — tidak ingin membangunkan si empunya. Beberapa lumatan yang Jojo berikan ini pada akhirnya membangunkan Dipta dari tidur nyenyaknya. “Selamat pagi, dunianya Dipta.” Jika Jojo dapat memilih hal paling seksi di dunia ini, maka suara bangun tidur Dipta akan menjadi pilihannya.
Suara serak, rendah, dan berat ini membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Apalagi dengan perlakuan Dipta yang melelehkan hatinya seperti saat ini. Dipta mengarahkan Jojo untuk membalikan tubuhnya dan memeluk suaminya itu erat. Beberapa kali mencium pucuk dahi Jojo. “Sayang, sayang, sayang.”
Sungguh gila. Jojo dibuat tersipu karena perbuatan Dipta yang terlewat manis. “Kamu kuat jalan nggak?” Bukannya menjawab, Jojo malah mencubit perut Dipta kesal. “A–ahh sakit, yang, sakit.” Dipta terkekeh sambil mengaduh karena cubitan Jojo sangatlah sakit.
“Pake nanya lagi, yang bikin aku gak bisa jalan tuh kamu ya! Aku udah minta berenti kamunya masih lanjut–” Cup. Cup. Cup. Cup. Alih-alih menjawab dan mendengarkan celotehan Jojo, Dipta malah memberikan kecupan pada seluruh wajah Jojo. “Muka kamu masih ada rasa spe–aahh sakit, sakit sakit.”
Dipta hanya tertawa puas ketika melihat Jojo yang memajukan bibirnya gemas. “Jo, jangan gemes-gemes nanti aku meninggal. Kamu binal aja aku udah stress, kalo ditambah gemes nanti aku gimana?”
“Itu namanya, bakat. B, A, K, A, T,” Jojo mengeja nya dengan sangat lucu. “Jadi bisa jalan gak? Perlu kursi roda gak?” Sebelum Jojo meneriaki suaminya, Dipta sudah menutup matanya terlebih dahulu — bersandiwara untuk kembali tidur. “DIPTA!!”
Dunia bahkan ikut senang dengan kedua pasangan yang baru. Angin Bali yang riuh seolah ikut merayakan hari pertama mereka menjadi pasangan hidup. Tidak lupa, matahari terik dengan langit biru hari ini juga menjadi tanda bahwa semesta benar-benar berpihak kepada mereka. “Uuuuu… iya-iya suami aku gak bisa jalan. Tapi–”
“ –kalo gak salah semalem ada yang udah gak kuat tapi masih ngedes — ahh iya iya, nggak lagi.” Lagi. Jojo mencubit dada Dipta. “Yuk-yuk kita bersih-bersih trus mam, ya?” Huum. Jojo bergumam dan mengangguk. Mengalungkan kedua lengannya di leher Dipta — siap untuk di gendong.
Mereka membersihkan satu sama lain dengan air hangat. Tidak lupa juga poin penting pagi hari ini, Dipta membantu Jojo untuk mengeluarkan sperma yang tertanam di dalam anal Jojo. Desahan yang keluar dari bilah bibir Jojo tentu membuat penis Dipta menegang, namun ia tidak ingin menyiksa suaminya dengan menagih jatah lagi untuk pagi ini.
“Yah anduknya disana, Ta…”
“Bentar aku ambilin,” maka Dipta berdiri dari bathup itu. Memperlihatkan kepemilikannya yang mengeras total. “Ta??? Kamu ngaceng lagi???” Jojo membelalakan matanya ketika melihat penis ini jelas di depan matanya.
“Jangan! Sayang, udah, besok lagi, gapapa ini cuma tegang biasa, nanti tidur lagi.”
“Beneran?”
“Iya. Udah ayo bangun,” Dipta membantu suaminya berdiri dan keluar dari bathup. Mengeringkan badan mungil itu dengan handuk, mulai dari rambut, wajah, hingga ke daerah paha. Cup. Lagi-lagi Dipta kembali memberi Jojo sebuah kecupan singkat pada tulang selangka Jojo. “Cantik. Cantik banget. Kamu paling cantik.”
Dapat dipastikan mulai hari ini, pagi Jojo akan semakin indah karena ia akan selalu memulai hari dengan menatap wajah tampan Dipta, kecupan-kecupan kecil dan hangat dari Dipta, dan gombalan singkat Dipta juga termasuk hal yang Jojo nantikan dalam hidupnya.
“Nanti, balik Jakarta, kamu kerja lagi dong? Kita gak mau bulan madu?”
Dipta terbahak puas mendengar pertanyaan Jojo, dirinya tidak mengerti suaminya ini kelewat polos atau terlalu binal. “Nanti itu kita omongin sampe Jakarta ya?” jawabnya sembari mengusak pelan rambut basah Jojo. Saat Jojo berjalan perlahan, Dipta dengan sigap memeluk pinggang Jojo agar suaminya ini mendapat bantuan untuk berjalan.