Sepertinya, langit sore ini ikut berbahagia bersama sepasang kekasih. Indah nuansa langit Bali dengan awan putih seperti kapas yang dilukis diatas kanvas jingga menjadi saksi bagaimana kedua insan ini menyatukan janji suci. Hari yang ditunggu-tunggu sejak lama datang menghampiri Pradipta dan Jonathan. Mengikatkan janji yang sakral di hadapan keluarga dan teman-teman terdekat.
Perjalanan kisah cinta mereka yang berjalan selama lebih dari sepuluh tahun kini bermuara pada satu cinta yang akan terjalin selamanya. Walaupun awalnya mereka hanya sebatas sahabat dekat, tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa keduanya akan berakhir dengan rumah tangga. Masih jelas teringat bagaimana Jojo tertarik kepada Dipta hanya karena ukuran privasi Dipta yang diyakini dapat membuat Jojo mendesah dan menggelinjang nikmat.
Tidak hanya itu, kenangan paling berharga lainnya adalah ketika keduanya harus dipisahkan oleh jarak karena mereka memiliki tanggung jawab untuk mengemban ilmu pada tingkat strata satu. Dipta terpaksa menyudahi hubungan yang belum jelas itu, akibat dirinya memergoki Jojo mempunyai friends with benefit.
Dipta sungguh kecewa dengan keputusan Jojo untuk memiliki friends with benefit. Dirinya hilang kepercayaan sejenak, hatinya sungguh sakit, jadi selama ini peran gue cuma sebagai pemuas nafsu atau gimana. Seribu satu pertanyaan muncul dalam benaknya, bagaimana bisa lelaki yang ia sayangi ini bermain di belakangnya? Apa yang kurang dari dirinya? Jika memang Jojo seseorang yang touchy mengapa Jojo masih mempertahankan hubungan jarak jauh ini?
Selama kurang lebih tiga tahun mereka terpisah jarak ditambah dengan hubungan yang sama sekali tidak baik. Bahkan beberapa kali Juan membantu hubungan keduanya. Namun Nihil. Tidak ada yang ingin mengalah di antara keduanya. Hingga suatu hari mereka harus dipertemukan dalam makan malam antar dua keluarga.
Hari itu Dipta dipaksa untuk menjemput Jojo oleh kedua orang tuanya. Maka sebagai anak yang selalu menurut dengan keputusan orang tuanya, Dipta mengiyakan untuk menjemput masa lalunya. Dipta sampai di depan rumah Jojo dan dirinya sudah menemukan mantannya ini berdiri di sana. Menggunakan jaket kulit hitam dengan kemeja putih dan celana jeans hanya menambah pesona Jojo dimatanya. He’s still the prettiest. The prettiest angel God lent me, begitu pikirnya.
“Sorry lama, tadi macet sebentar.” Walau hatinya masih terlampau jengkel, namun Dipta harus mengalah agar mereka kembali seperti dulu — setidaknya menjadi teman itu sudah lebih dari cukup. “Iya! Ga apa-apa, malem minggu juga kan?” Tidak bisa dipungkiri, wajah Jojo kini memanas. Jika ini bukan malam hari, maka sudah dapat dipastikan Dipta akan memergoki pipi merahnya.
“How are you?”
“I’m good. Wangi lo masih sama ya,” mata Jojo melotot, kalimat itu tidak sengaja keluar dari bilah bibirnya. Fuck. Tolol. Jojo goblok. Ia merutuki dirinya sendiri, namun sungguh, ia merindukan wangi musk dan powdery yang menyatu ciri khas Pradipta. “Well, gue pake parfum kesukaan lu hari ini, turns out ini masih wangi favorit lu?” Huum. Jojo hanya bergumam dan mengangguk setuju — tidak ingin membuka bibirnya lagi.
“Lo juga sama, masih cantik.” Dipta mengalihkan pandangannya dari jalanan yang penuh dengan mobil ini sembari mengusak rambut — yang ternyata masih sama lembutnya. “Tapi lo kelihatan kurusan banget, gak dikasih makan ya sama Mas mantan?”
“Mantan yang mana? Seinget gue, lo treat me like a king banget,” nampak bingung dengan jawaban Jojo yang terdengar melantur ini. Namun Dipta semakin menangkap, bahwa mantan terakhir Jojo adalah dirinya dan bukan lelaki yang jauh disana.
“Gue gak ada hubungan apapun sama Taehyung, oya nama dia Taehyung, dan kita draw a line kalo kita emang sebates fwb, no feelings attached. Setelah lo ngomong putus itu, gue turun sampe sepuluh kilo, jadi lo harus tanggung jawab buat balikin lagi my chubby cheek dan lu harus gojekin gue makanan yang banyak. Or at least ajak gue makan sehari empat kali.” Jojo berbicara dengan sangat luwes dan bawel. Hati Dipta terasa menghangat, bibirnya mengukir senyum yang membuat dirinya jauh lebih menawan.
“Thank you penjelasannya dan ceritanya, sorry waktu itu gue putusin lo sepihak, tapi gue beneran se kecewa itu sama lo, sampe gue mikir apa Jojo cuma mau kontol gue doang ya… sorry juga udah bikin lo sampe turun sepuluh kilo, nanti gue gojekin sebagai bentuk tanggung jawab. Nanti gue culik trus kita hunting makanan.”
“Kok jadi lo sih yang minta maaf? Udah, gak usah minta maaf. Kita saling maafin aja dan gue juga sadar kesalahan gue, jadi kalo lo belum berani untuk memulai hubungan lagi sama gue, it’s fine, Ta.” Namun Dipta menggeleng kuat.
“Let’s just start over, Jo. Gue gak bisa ketemu lo tanpa rasa sayang. Demi Tuhan, tadi waktu pertama kali liat lo setelah sekian lama, hati gue bener-bener gak kuat. Pengen peluk lo.” Jojo hanya terkekeh mendengar jawaban Dipta. “Peluk gue, then.”
Maka Dipta memeluk tubuh elok disampingnya ini, menenggelamkan wajahnya di antara ceruk leher Jojo. Ia menghela nafas berat, entah apa maksudnya namun yang pasti, rasanya seperti kembali ke rumah yang ia tinggalkan selama bertahun-tahun. Dipta menghirup wangi mawar kesukaannya dan mengikatnya erat dalam benaknya. Wangi dia pun masih sama.
Malam itu semua berjalan dengan lancar, seolah-olah semesta berpihak pada mereka. Bercumbu lembut di dalam mobil dibawah langit malam yang cerah. “Hari ini cerah, tapi gak ada bintang, tau gak kenapa?”
“Kenapa?”
“Bintangnya pindah ke depan gue.” Jojo menyerah.
Dan kini, mereka bercumbu lagi, di depan hadapan orang-orang yang mereka sayangi. Saling melumat dalam dan lembut bersamaan dengan tepuk tangan puas dari keluarga dan teman-teman mereka. Riuh bahagia melingkupi keduanya, dilihat dari bagaimana Jojo tersenyum hingga matanya melengkung sempurna.
“We are finally here, Ta. Stay with me for a long, long time ya?” Dipta mengangguk setuju dan melingkarkan tangan nya di pinggang ramping Dipta. Sekali lagi mencium pipi putih dan bulat. “I love you the most, Jo.”
Sebelum ke agenda seremonial selanjutnya, mereka diminta untuk saling membacakan lembar persembahan mereka untuk satu sama lain. Dimulai dari Dipta. Sejujurnya, Jojo tidak siap dan tidak ingin karena dirinya bisa saja menangis karena ia yakin kata-kata yang keluar dari bibir Dipta adalah sesuatu yang manis dan cantik.
“First of all, terima kasih Dipta ucapkan untuk kedua orang tua yang udah membesarkan Dipta sampai hari ini. Pelajaran-pelajaran hidup yang diberikan sama mama papa pastinya bakal Dipta terapin juga untuk Dipta dan Jojo nantinya. Maaf kalau selama 33 tahun ini Dipta bikin papa mama jengkel, atau mungkin Dipta cuma bisa ngabisin duit doang, tapi percaya, Dipta juga udah mulai figure out gimana cara jadi Dipta yang lebih baik hari demi hari. Selanjutnya, buat Juan, Jeff, Ega, Rafa, dan Noah. Bro bro thank you udah bantuin gue dulu pas SMA biar gue bisa pacaran sama Jojo, please selalu ingetin gue dan Jojo kalau kita offside di group. Kasih aja kartu merah. Hehe. Last, buat one and only, orang yang nemenin gue semasa sekolah, hidup dan mati gue yang sekarang akhirnya jadi suami gue, Jonathan Pamungkas Hirawan. Malaikat paling cantik dan manis yang dititipin ke gue. After all we’ve been through, ternyata we ended up disini. Thank you lo mau stay by my side walau gue kadang nyebelin dengan ngegodain lo terus, tapi percaya lah, lo paling ganteng pas salting, Jo. kaya sekarang. Please keep loving me sampai kita kakek-kakek. Terlepas dari lo yang binal dan suka ngegodain gue, tapi to be honest, gue suka kok di binalin. Keep being binal for me only, ya?”
Jojo disana tersenyum puas dengan air mata yang menumpuk mendengarkan persembahan dari Dipta, setengah dari lembar persembahan itu untuk dirinya. Dan dia tidak siap untuk membacakan ini. Tolong seseorang bantu Jojo untuk membacakan karena lututnya tidak mampu membantu untuk berdiri.
“Hai. Duh, sebenernya aku masih deg-degan banget karena… Dipta manis banget. But ok, yang pertama, aku mau makasih sama mama karena udah jadi temen deket mamanya Dipta dan bikin aku bisa satu sekolah terus sama Dipta. Bahkan sekarang aku dan Dipta bakal bangun rumah tangga. Mungkin kalo mama gak temenan aku gak mungkin bisa ketemu Dipta. Gak cuma sama mama, papa pun juga kok. Thank you papa mama udah ngejagain Jojo, udah ngerawat Jojo, walaupun kadang Jojo batu dan susah dibilangin, tapi papa mama masih mau bilangin Jojo. Buat Jeff, gue mau makasih banget karena lo selalu jadi tempat pembuangan gue kalo gue lagi cape sama Dipta apalagi pas gue dan Dipta cekcok waktu itu. Dan, lo udah sabar banget ngadepin typingan jorok gue. Love you, Jeff. Please tetep jadi temen misuh dan temen jorok gue ya. Buat Juan, Ega, Noah, dan Rafa, tolong bantu gue supaya Dipta gak kemana-mana plus kick gue aja kalo gue kelepasan di group, yaaa walaupun udah sering? Hehehe. Last but not least, untuk Pradipta Widyananta. Lelaki yang gue yakin bisa nge guide gue, yang bisa bikin gue jadi lebih baik, yang bisa melengkapi kekurangan gue. Ta, jangan cape ya sama gue? Mungkin kadang kelakuan gue bikin geleng-geleng kepala, tapi percaya lah kalo gak ada lo kayanya gue juga gak idup deh. Gue sesayang itu sama lo. Maaf agak sedikit dewasa, please, Ta tetep bikin gue teriak-teriak ya. I love you the most, sayang.”
Tepuk tangan riuh memeriahkan akhir dari agenda ditambah tidak ada yang menyangka Jojo dapat menulis satu paragraf panjang yang hangat dan manis. Bahkan Dipta pun sedikit kaget mendengarnya. Namun sungguh, Dipta merasa sangat beruntung dapat memiliki Jojo. Dapat di pastikan tidak ada satu orang pun yang dapat memisahkan mereka.
Setelah prosesi pernikahan itu selesai, mereka menghampiri tamu-tamu yang datang mulai dari orang tua, keluarga, dan teman-teman sebangku mereka. Bercengkrama hangat dengan orang-orang terkasih. Mata Dipta memicing saat menangkap seseorang yang tidak familiar dengannya. “Itu… Taehyung?” Dipta berbisik kepada Jojo.
“Huum. Gih disapa,” Jojo mendorong tipis tubuh Dipta untuk berkenalan dengan Taehyung. Profesional. Kini Dipta hanya perlu bertindak profesional karena tidak ingin membuat hatinya kacau ditengah hari bahagiannya.
“Halo… Taehyung ya?” sapa Dipta kikuk.
“Oh! Hei, Iya saya Taehyung. Selamat atas pernikahannya, ya. Kamu hebat, Pradipta. Bisa tahan sama Jojo,” Taehyung terkekeh kecil. Mata Dipta tertuju pada seseorang yang duduk tepat di samping Taehyung. “Kenalin, ini calon masa depan saya. Jungkook.” Dipta seolah lega setelah mendengar hal itu, pikirannya tidak lagi kemana-mana jika memang Jojo harus menjaga hubungan baik dengan mantannya ini.
“Tuh, Ta. Dia udah ada gandengan juga, jadi kamu jangan posesif lagi okay?” Jojo menggoda sang suami yang kini tengah tersipu malu. “Hahaha. Dipta masih bisa cemburu sama saya?”
“Wah kak, kamu harus tau, Dipta paling gak suka sama kamu, kemarin mau ngundang kamu aja perjuangan banget,” Jojo sedikit mendengus dan melirik Dipta. “Btw, Jungkook aslinya lebih cantik daripada di profil WA ya…” yang dipuji pun menunduk malu oleh pujian Jojo. “Makasih, kak, Kak Jojo juga kok.”
“Ta, padahal yang kuat ngadepin Jojo cuma kamu, jadi harusnya jangan takut Jojo diambil lagi sama saya.” Dipta terkekeh lagi. “ Emang Jojo one of a kind sih, Tae…Glad I met him. Yaudah, mungkin nanti kita bisa lanjut di PC ya, gue sama Jojo mau keliling dulu, see you!”
Kini keduanya sudah duduk diantara Jeff dan Juan. Mereka bertukar canda tawa dan ini benar-benar hari paling bahagia yang pernah dilalui baik oleh Jojo maupun Dipta. Semua tamu yang datang pun terlihat sangat bahagia dan sangat menikmati hidangan maupun suasana yang diciptakan di malam yang indah ini.
“Jadi udah dibawa kikonya?” Tanya Juan kepada Dipta. Lucunya, Dipta hampir tersedak karena pertanyaan Juan membuatnya hilang akal. “Nggak lah, itu buat di rumah aja, kalo sekarang sangat tidak memungkinkan. Es batu aja, biar pemanasan dulu,” begitu kata Dipta. Ia tidak ingin terburu-buru melakukan semuanya dalam satu malam. Terlebih ini malam pertamanya yang akan menjadi sejarah. Jadi, alangkah lebih baik mereka bercinta dengan nikmat dan penuh cinta.